Pages

Selasa, 17 April 2012

Eksistensi Kepemimpinan Dalam Sejarah Pembangunan Masyarakat Tauhid

Dalam Al-Quran surat An-Nahl ayat 36.menyebutkan “dan sesungguhnya kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat(untuk menyerukan) sembahlah allah dan jauhilah thogut. . “
Bani israil senantiasa dibimbing dan dipimpin rasul pilihan dan nabi. Dan bahkan pernah pada suatu masa terdapat beberapa orang rasul, seperti dizaman nabi ibrahim sekitar 4 yaitu nabi ibrahim sendiri, putranya nabi ismail, ya’kub, ishaq, luth.

Umat islam di arab yaitu periode pertama juga diberikan seorang pemimpin yang disebut rasul. ketika beliau meninggal, para sahabat-sahabatnya menggantikan kedudukan beliau. Para rasul-rasul itu hidup di tengah-tengah umat. Mereka membimbing, memimpin, memberikan motivasi, melakukan pengajaran. Mengkoordinasi dalam menghadapi tantangan orang-orang kafir. Sehingga lahirlah masyarakat yang tangguh, ketika beliau meninggal, lahirlah generasi baru, para rasul yang berhasil membangun kader-kader penerus sebagaimana kebijaksanaan yang diterapkan oleh rasulnya, biasanya mereka berhasil meneruskan kemajuan umat, seperti peralihan nabi daud ke nabi sulaiman. Nabi ibrahim ke nabi ismail, nabi muhammad SAW kepada sahabatnya abu bakar, sementara mereka yang kurang bagus dalam kaderisasinya, biasanya setelah ditinggalkan oleh nabinya mereka kembali menjadi jahiliyah, seperti kaum musa yang ditinggal nabi musa beberapa waktu. Mereka kembali menyembah anak sapi. Dari sekilas perjalanan sejarah diatas, bisa diajadikan pelajaran bahwa kemajuan umat manusia(tauhid) senatiasa memiliki seorang tokoh yang hidup ditengah-tengah umatnya, ia membimbing, memimpin, mengarahkan, menengahi konflik dan memberikan motivsi-motivasi kehidupan, tidak ada umat tauhid yang berkembang dengan pesat tanpa kehadiran seorang tokoh dari kalangan mereka sendiri. Umat islam hari ini, telah ditinggalkan oleh nabinya dan para penggantinya(khalifah), sehingga tidak sedikit umat islam yang tidak memiliki tokoh-tokoh pembimbing yang hidup ditengah –tengah umatnya. Jalan ini, tentu akan membawa kepada kelemahan dan kelumpuhan umat islam. oleh karena itu, perlu bagi umat islam untuk mencetak kader-kader pengganti rasullah SAW, yang bertugas sebagaimana rasullah menjalankan tugas sosialnya.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan umat islam dapat hidup sepeti tanpa dosa dan tanpa memiliki beban moral ketika tidak mengikatkan diri terhadap seorang pemimpin diantarnya ialah 1.kekeliruan memahami rukun islam. 2 kekeliruan memposisikan nabi muhammad. Dalam beberapa hadits menyebutkan syarat menjadi orang islam ialah membaca syahadat, mengakui bahwa allah menjadi satu-satunya illah dan muhammad SAW sebagai utusannya, lalu mereka menjalankan shalat, puasa, zakat, dan haji bilamana memiliki kemampuan. Orang yang sudah menjalankan syarat tersebut tidak ada syarat lainnya termasuk mengikatkan diri pada seorang pemimpin umat pada zamannya. Kalau kita memperhatikan lebih dalam tentang ikrar syahadat pengertiannya tidak simpel tetapi memiliki pengertian yang luas dan memiliki konsekuensi yang tinggi yaitu mengikuti seluruh ajaran wahyu dan mengikuti sunnah rasul, salah satu ajarannya dan sunnahnya ialah dengan mengabdikan diri pada allah mekanisme kepemimpinan.
Umat islam banyak yang memandang nabi muhammad merupakan utusan allah bagi umat islam, sampai akhir zaman. Berdasarkan pada al quran surat An-Nisa’ ayat 79, allah hanya menyebut muhammad SAW sebagai utusan allah bagi seluruh umat manusia, bukan sebagai pemimpin umat manusia, karena seorang pemimpin fungsional ialah seorang sosok manusia yang hidup tengah-tengah umat untuk melakukan pembangunan masyarakat. Jadi nabi muhammad SAW sebagai pemimpin bagi umat pada zamannya. Ketika beliau meninggal bukan lagi menjadi pemimpin, hal itu tidak mungkin terjadi, abu bakar tampil menjadi pemimpin umat pada zamannya. Setelah abu bakar meninggal, selesailah masa kepemimpinannya. Kemudian umat islam pada waktu itu mengangkat umar bin khattab sebagai penggantinya, demikian seterusnya sampai masyarakat hari ini. Kepemimpinan umat senantiasa diganti.
Berdasarkan uraian diatas bahwa kerasulan muhammad SAW bersifat abadi dan berlaku sepanjang masa untuk seluruh umat manusia sejak abad ke-6 sampai hari kiamat. Sedangkan kepemimpinan beliau, hanya sebatas hidupnya, dan sunnah yang ditinggalkannya berfungsi sebagai uswah atau pelajaran bagi generasi islam dibelakangnya. Pandangan ini sesuai dengan firman allah, surat yusuf ayat 111 berbunyi:”sesungguhnya pada kisah-kisah mereka (nabi-nabi) itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. . “
Jadi tiap-tiap generasi islam, senantiasa membutuhkan pemimpin-pemimpin untuk mengkoordinasi, membimbing, memberikan pelajaran kepada masyarakat, dengan pemandangan ini akan lebih mempercepat kesuksesan, karena tiap-tiap permasalahan masyarakat, tidak bersifat konstan, melainkan mengalami perubahan, semakin maju perkembangan pengetahuan dan teknologi akan lebih meningkatkan permasalahan, yang hampir bisa dipastikan tidak terdapat pada masyarakat terdahulu. Disamping itu manusia adalah manusia rasional, juga bersifat emosional, perilakunya banyak ditentukan oleh kedua faktor tersebut, dengan demikian ia tidak bisa hanya diberi petunjuk-petunjuk secara rasional melewati tulisan-tulisan, melainkan perlu pemecahan secara emosional. Disini peran pemimpin sangat mutlak untuk terlibat ditengah-tengah mereka, melakukan antisipasi emosional.
Bilamana umat islam tidak memiliki pemimpin, cukup dengan kitab Al-quran dan kitab Al- hadits, niscaya jalan kesuksesan akan tertutup. Sikap ini ibarat pemerintah yang membuat rambu-rambu lalu-lintas jalan raya untuk menghindari kemacetan tapi tidak mengangkat dan menerjunkan polisi kejalan raya. Bagaimana canggihnya rambu-rambu tersebut, ketatnya mereka melakukan propaganda tentang nilai-nilai ketertiban lalu-lintas, niscaya tidak akan berhasil tanpa kehadiran polisi lalu-lintas di jalan raya, yang langsung membimbing, mengarahkan dan bila perlu menghukum terhadap pelanggaran karena dorongan emosional.
Pengakuan kerasulan muhammad SAW bagi seluruh umat, berfungsi untuk pembentukan identitas, yang bersifat internasional, khususnya pada nilai-nilai praktis yang tidak mungkin disampaikan lewat al quran, misalkan pelaksanaan ibadah shalat, haji atau puasa. Dengan adanya kesamaan identitas, kekuatan umat muslim juga akan bersifat internasional. Sedangkan pemimpin-pemimpin baru yang ditunjuk, berfungsi untuk mengkoordinasi, membimbing dan mengarahkan jalannya ibadah itu di lapangan dimana masing-masing daerah tidak sama.
Dimaksudkan pemimpin disini bukan sebagaimana abu bakar mangganti rasulullah SAW yaitu sebagaimana pemimpin umat secara internasional (khalifah) atau sebagai presiden di suatu negara, melainkan sebagai pemimpin umat pada wilayah-wilayah yang kecil, seperti rasul-rasul pada zaman nabi ibrahim, dimana ruang lingkupnya sangat kecil, prinsip utamanya menyeru umat manusia mengabdikan diri pada allah lewat mekanisme berjamaah.
Kisah pengangkatan thalut sebagai pemimpin umat di zamannya dapat dijadikan untuk memilih pemimpin umat dimasa sekarang, yaitu pengetahuan yang luas dan fisik yang kuat, dengan kedua dasar tersebut, beliau berhasil mengalahkan musuhnya(q.s;2:247) kalau dihubungkan dengan permasalahan sekarang tidak berkaitan dengan peperangan, pemimpin masa sekarang ialah mereka tetap memiliki pengetahuan yang luas, khususnya pengetahuan yang berkaitan dengan permasalahan umat sekarang, karena dengan pengetahuan tersebut akan dapat memecahkan berbagai permasalahan. Orang tidak berilmu, tidak mungkin dapat bertindak benar apalagi sampai menjadi pemimpin, sedangkan faktor kedua mereka memiiki potensi baik dari segi bakat, pemikiran, material atau kedudukan yang dipandang dapat menjadi sarana atau penunjang melaksanakan perbaikan umat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar